Jadikan Amal Shalih Sebagai Prisai Keselamatan – Khutbah Jum’at

Written by:

Khutbah I

إِنَّ اْلحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِناَ. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضَلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَا دِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّد وَ عَلىَ اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ فَياَعِبَادَ اللهِ. أُصِيْكُمْ وَإَيّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

قال الله تعال

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Ma’asyiral Muslimin yang dirahmati Allah

Di Hari Jum’at yang mulia ini, khatib berwasiat terkhusus untuk khatib pribadi dan jama’ah sekalian dan umumnya untuk seluruh kaum muslimin.

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah.

Taqwa adalah menjaga diri agar senantiasa mejauhi dari ke maksiatan dan durhaka kepada Allah, Taqwa adalah menjaga diri agar senantiasa taat atas perintah-perintah Allah.

Diantara hadirnya taqwa dalam diri kita adalah menjadikan diri kita selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan beramal shalih sekecil apapun.

Ada sebuah syair yang begitu indah dari Al Imam Ibnu Al Jauzy rahimahullah:
إِنَّ مَشَقَّةَ الطَّاعَةِ تَذْهَبُ وَيِبْقَى ثَوَابُهَا
Sesungguhnya rasa capek karena mentaati Allah dan RasulNya akan hilang dan menyisakan pahala.
وَإِنَّ لَذَّةَ المَعَاصِي تَذْهَبُ وَيَبْقَى عِقَابُهَا
Sedangkan lezatnya maksiat juga akan lenyap dan menyisakan adzab.
كُنْ مَعَ اللهِ وَلَا تُبَالِي، وَمُدَّ يَدَيْكَ إِلَيْهِ فِي ظُلُماتِ اللَّيَالِي
Karena itu selalulah bersama Allah dan jangan peduli yang lain. Dan tengadahkan kedua tanganmu kepadaNya dalam kegelapan malam.
وَقُلْ: يَا رَبِّ مَا طَابَتْ الدُّنْيَا إِلاَّ بِذِكْرِكَ، وَلَا الآخِرَةُ إِلاَّ بِعَفْوِكَ، وَلَا الَجنَّةُ إِلاَّ بِرُؤْيَتِكَ
Katakanlah: Wahai Tuhanku, sungguh dunia ini tidak menyenangkan kecuali dengan mengingatMu; begitu pula akhirat kecuali dengan ampunanMu; dan surga kecuali dengan melihatMu.
صَافِحْ وَسَامِحْ وَدَعِ الخَلْقَ لِلْخَالِقِ فَنَحْنُ وَهُمْ رَاحِلُوْنَ
Jabatlah tangan, jadilah pemaaf, serahkanlah kejahilan manusia kepada Sang Pencipta, karena kita dan mereka sama-sama pergi kepadaNya.
اِفْعَلِ الْخيْرَ مَهْمَا اسْتِصْغَرْتَهُ ، فَإِنَّكَ لَا تَدْرِي أَيَّ حَسَنَةٍ تَدْخُلُكَ الْجَنَّةَ
Lakukanlah kebaikan itu meskipun kamu menganggapnya remeh. Sebab sesungguhnya kamu tidak tahu amal kebaikan mana yang akan memasukkan kamu ke surga.

Amal shalih itu pasti membuat selamat di kehidupan akhirat, kehidupan yang abadi. Bahkan amal shalihin itu sering kali menjadi perisai kita dari berbagai masalah dan musibah di kehidupan dunia.

Amal shalih itu menjadikan taqwa tumbuh subur, jika engkau bertaqwa maka janji Allah tak akan salah

و منْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعلْ لَهُ مَخْرَجًا

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Dia akan membuka jalan keluar kepadanya (QS: Ath Thalaq 2)

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ اَمْرِهٖ يُسْرًا

Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya. (QS: Ath Thalaq 4)

Kisah Tiga Lelaki dalam Gua

Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dimana Rasulullah kisahkan 3 lelaki yang terkurung dalam sebuah gua:

Pada suatu ketika, ada tiga orang lelaki dari kalangan umat yang hidup sebelum umat Nabi Muhammad SAW. Mereka sedang dalam perjalanan dan akhirnya memutuskan untuk beristirahat di sebuah gua di kaki gunung.

Setelah mereka memasuki gua, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari gunung dan menutupi pintu gua, membuat mereka terjebak di dalamnya. Mereka pun merasa panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Setelah beberapa saat terjebak, mereka mulai berpikir bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka dari situasi itu, kecuali dengan berdoa kepada Allah dengan memohon kepada-Nya dengan amal shalih yang telah mereka lakukan selama hidup mereka.

Lelaki Pertama:

Lelaki pertama berkata, “Ya Allah, aku memiliki kedua orang tua yang sudah renta. Setiap malam aku selalu memberi mereka minum susu di akhir waktu malam, sebelum aku memberikan susu itu kepada keluargaku yang lain. Suatu hari, aku keluar untuk mencari sesuatu, dan ketika aku kembali, aku mendapati kedua orang tuaku sudah tertidur. Aku tidak ingin mendahului mereka untuk memberi minum susu keluargaku. Aku menunggu sampai mereka bangun, meskipun aku merasa sangat letih dan hampir saja aku memberikan susu kepada keluargaku, tetapi aku menahan diri dan menunggu hingga kedua orang tuaku terbangun dan minum susu mereka.”

Dia melanjutkan, “Ya Allah, jika aku melakukan ini semata-mata untuk mencari ridho-Mu, maka bukakanlah jalan keluar untuk kami dari gua ini.”

Setelah berdoa seperti itu, batu yang menutupi pintu gua itu sedikit bergeser, namun mereka masih belum bisa keluar sepenuhnya.

Lelaki Kedua:

Lelaki kedua kemudian berkata, “Ya Allah, ada seorang wanita yang sangat aku cintai, dia adalah putri pamanku. Suatu hari aku ingin berhubungan dengannya, tetapi dia menolakku. Setelah beberapa waktu berlalu, dia datang kepadaku dan aku memberinya seratus dua puluh dinar dengan syarat agar aku bisa berhubungan dengannya. Tetapi ketika aku sudah hampir melakukannya, dia berkata, ‘Tidak halal bagimu merusak keperawananku kecuali dengan cara yang benar.’ Lalu aku menahan diri dan pergi meninggalkannya, meskipun dia adalah wanita yang paling aku cintai dan aku juga meninggalkan emas yang aku berikan kepadanya.”

Dia melanjutkan, “Ya Allah, jika aku meninggalkan keinginanku itu semata-mata untuk mencari ridho-Mu, maka bukakanlah jalan keluar bagi kami dari gua ini.”

Setelah berdoa, batu itu kembali bergeser sedikit, tetapi mereka masih belum bisa keluar.

Lelaki Ketiga:

Lelaki ketiga berkata, “Ya Allah, aku pernah mempekerjakan beberapa orang dan aku membayar upah mereka sesuai dengan kesepakatan. Namun, ada satu orang yang meninggalkan pekerjaannya dan tidak mengambil upahnya. Setelah beberapa waktu, aku mengembangkan uang upah yang tertinggal itu dan menghasilkan banyak harta. Kemudian orang tersebut datang kembali dan meminta haknya. Aku pun berkata kepadanya, ‘Ambillah apa yang kamu lihat, semuanya adalah hakmu.’ Orang itu terkejut dan mengatakan, ‘Jangan bercanda dengan saya.’ Aku menjawab, ‘Saya tidak bercanda. Semua yang kamu lihat adalah hakmu.’ Dan orang itu pun mengambil seluruh harta itu tanpa meninggalkan sedikit pun.”

Dia melanjutkan, “Ya Allah, jika aku melakukan ini semata-mata untuk mencari ridho-Mu, maka bukakanlah jalan keluar bagi kami.”

Setelah berdoa seperti itu, batu itu akhirnya terbuka sepenuhnya, dan mereka bisa keluar dari gua tersebut dengan selamat.

Kerjakan Amal Shalih! Sekecil Apapun

Kisah ini mengingatkan kita pada syair Ibnu Al-Jauzy:

اِفْعَلِ الْخيْرَ مَهْمَا اسْتِصْغَرْتَهُ ، فَإِنَّكَ لَا تَدْرِي أَيَّ حَسَنَةٍ تَدْخُلُكَ الْجَنَّةَ

“Lakukanlah kebaikan, meskipun kamu menganggapnya remeh, karena kita tidak tahu amal mana yang akan membawa kita ke surga.”

Kerjakanlah amal baik meskipun tampaknya kecil atau remeh. Allah berjanji bahwa amal shalih yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas akan mendatangkan pertolongan-Nya.

Dalam konteks ini, kerjakanlah amal baik, apapun jenis amalnya karena kita tidak tahu amalan mana yang Allah terima, karena kita tidak tahu amalan mana yang menjadi sebab Allah menolong kita di masa yang akan datang. Bisa jadi apa yang kita lakukan hari ini Allah balas seketika, bisa jadi saat kita di umur senja, atau justru amal shalih kita akan di nikmati anak cucu kita.

Pesan Terakhir

Jika kita belum mampu beramal yang berat, amalkan saja yang ringan kemudian kita tekuni amalan baik tersebut, karena sebaik-baik amal adalah yang sekalipun sedikit, dianggap remeh, sederhana tetapi amalan itu dilakukan terus menerus.

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ مِنْ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَإِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّ

“Wahai sekalian manusia, beramallah sesuai dengan kemampuan kalian, karena Allah tidak akan bosan sampai kalian bosan sendiri. Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan terus menerus meskipun sedikit.” (HR Bukhari & Muslim)

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Khutbah II

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ, أَقيموا الصّلاة

Leave a Comment