Metode Ideal Memilih Calon Presiden 2024 Yang Berkwalitas Menuju 2045 Indonesia Emas

Hamam

Hamam

Metode Ideal Memilih Calon Presiden 2024 Yang Berkwalitas Menuju 2045 Indonesia Emas

Pada 26 September 2017 di Universitas Indonesia, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia menyampaikan “VISI INDONESIA EMAS 2045” bahwa:

4 Pilar Visi Indonesia 2045 yaitu:

1.      Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

2.      Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan.

3.      Pemerataan Pembangunan.

4.      Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan.

Ini merupakan mimpi dan harapan yang besar bagi bangsa Indonesia, pada saat ini umur Indonesia genap 100 tahun.

Dalam perjalanan menuju angka itu, Indonesia telah mengalami banyak dinamika dan peristiwa. Dimulai dari Soekarno sebagai bapak kemerdekaan, Soeharto bapak Pembangunan lalu dilanjutkan para pemimpin yang merupakan putra putri terbaik bangsa Indonesia.

Pada pesta hajatan demokrasi setiap 5 tahun sekali, Masyarakat Indonesia dihadapkan pilihan kandidat calon presiden, bukan hanya sekedar sebagai pengganti/ penerus presiden berikutnya, akan tetapi apa yang kita pilih adalah tokoh utama memberikan dampak besar akan perubahan dan kemajuan Indonesia 5 tahun berikutnya. Para Presiden yang terpilih juga punya beban untuk menjalankan visi yang jauh kedepan.

Karena itu penting kita mengupas segala aspek yang dibawa dan dimiliki siapa sosok yang berani tampil mewakili Indonesia sebagai pemimpin rakyat dan punya peran kuat di kancah global.

Indonesia Presiden Hebat Mimpi atau Realistis?

Dr. Connie Rahakundini Bakrie, M.Si seorang akademisi sekaligus pengamat bidang politik dan pertahanan, dalam beberapa sesi podcast menyatakan siapapun presiden yang terpilih untuk memimpin Indonesia merupakan putra-putri terbaik bangsa.

Akan tetapi apakah yang terpilih merupakan terbaik dari pilihan yang ada? Belum tentu, tergantung bagaimana proses demokrasi yang terjadi di sebuah negara, karena ini merupakan perkara yang komplek. Di Indonesia popularitas merupakan alasan terbesar Masyarakat menentukan pilihan dan bahkan meningkatkan partisipasi pemilih, semakin popular semakin tinggi pilihan Masyarakat pada kandidat dan semakin besar Tingkat partisipasi Masyarakat dalam kontestasi politik. Sebagaimana diungkap oleh Arif Dwi Cahyo pada pemelitiannya pada pemilu 2019[1]:

“Pengaruh yang diberikan oleh popularitas calon presiden dan wakil presiden terhadap tingkat kehadiran pemilih sangatlah besar, hal tersebut dapat dilihat dari koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0,889 atau 88,9%. Persentase tersebut jelas menunjukan bahwa persaingan kembali antara Joko Widodo dengan Prabowo Subianto yang memiliki popularitas sangat tinggi memberikan pengaruh besar terhadap pemilih dalam menentukan pilihannya.”

Disisi lain, politik uang pada daerah-daerah yang pendidikannya kurang (mirisnya ini adalah jumlah partisipan mayoritas di Indoneisa) jadi salah satu factor terbesar kemenangan kandidat calon pemimpin, di berbagai sektor jabatan baik formal (pemerintahan) maupun non formal (organisasi non pemerintah)

Oleh karena itu keterpilihan kepala negara tak benar-benar pilihan terbaik, karena parameternya abstrak.

Kandidat Calon Presiden 2024
Calon Presiden 2024

Lalu apa yang metode ideal bagi pemilih agar pilihannya benar-benar terbaik?

Ada 3 hal berikut:

1.      Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah serangkaian pilihan yang berkaitan dengan partisipasi ke dunia perpolitikan sebagai Tindakan social.

Miriam Budiarjo, mengemukakan pengertian partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan cara jalan memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen.[2]

Partisipasi politik penanda awal keterdidikan Masyarakat akan politik dan kepeduliannya terhadap permasalahan negara dan lingkungan.

Dalam system demokrasi semakin tinggi persentase partisipan politik menguntungkan banyak hal:

a.       Kompetisi antar kandidat semakin kompetitif.

b.      Menandakan kesadaran Masyarakat akan pentingnya memilih pemimpin.

c.       Menimbulkan kehati-hatian para kandidat akan arah yang akan mereka suarakan, disamping mereka harus berkompetisi dalam menawarkan gagasan yang hebat dan realistis.

d.      Menimbulkan kesadaran pada presiden yang akan terpilih, bahwa mereka harus merealisasikan janji politiknya karena Masyarakat selain memberikan padanya mandat dan kepercayaan, Masyarakat juga sensitive terhadap realisasi janji politik dan kebijakan-kebijakan baru.

Sebaliknya apatis terhadap pemilu, lebih memilih golput justru merugikan masyakat alih-alih tidak mendapatkan keuntungan yang dipaparkan diatas justru menderita karena Masyarakat tidak peduli apapun kebijakan yang sahkan.

2.      Memilih Dengan Rasional (Rational Choice)

James S Soleman mengemukakan sebuah teori yang disebut: Rational Change

Pemilih tipe ini adalah pemilih yang lebih mengutamakan kemampuan partai atau kontestan dalam program kerjanya. Program kerja ini bisa di analisis dari dua segi, yaitu: 1) kinerja partai atau kandidat di masa lampau dan 2) program yang ditawarkan untuk memecahkan masalah nasional.[3]

Miriam Budiardjo mengemukakan bahwa pendekatan rational choice sangat berjasa untuk mendorong usaha kuantifikasi dalam ilmu politik dan mengembangkan sifat empiris yang dapat dibuktikan kebenarannya, dia merupakan suatu studi empiris, ketimbang abstrak dan spekulatif.[4]

Rational Choice adalah sikap politik yang berbasis objektifitas dan data, karena parameternya jelas maka outputnya akan terukur. Presentasi kebenaran pilihan partisipan politik lebih tinggi dibandingkan bila memilih berbasis popularitas.

3.      Menguji Kualitas Calon Presiden Dengan Data

Rational Choice adalah pola pikir, sementara data adalah basis pikir, basis berfikir. Maka menarik saat Menteri Keuangan sedang memberikan sambutan dalam acara bertajuk Indonesia Data and Economic Conference Katadata 2023 di Hotel Kempinsky, Jakarta, Kamis, 20 Juli 2023[1]

"Siapa saja yang Anda pilih, itu adalah hak Anda sebagai warna negara. Namun, gunakan secara rasional, baca data, baca statement. Lihat dan pilih path mana Indonesia ke depan,"

Rasionalitas dan data adalah satu-kesatuan yang tak dapat dipisahkan, bicara rasionalitas tanpa data berarti omong kosong.


[1] Katadata.co.id & Katadata Indonesia Youtube, https://katadata.co.id/agustiyanti/finansial/64b8e5b97d08e/pesan-sri-mulyani-sebelum-pilih-capres-baca-data, https://youtu.be/1dnwqLMjDo8 diakses pada 15 Januari 2024


[1] Arif Dwi Cahyo, Pengaruh Popularitas Calon Presiden dan Wakil Presiden Terhadap Kehadiran dan Preferensi Memilih dalam Pemilihan Umum tahun 2019 di Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, (2019) https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpgs/article/download/31398/25597 diakses pada 14 Januari 2024

[2] Budhiardjo, Miriam, Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: PT.Gramedia, 1982

[3] W, Meliala, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Penerapan Strategi Bertahan Dan Menyerang Untuk Memenangkan Persaingan (2020)

[4] Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik 2008 (Jakarta) Gramedia Pustaka Utama hal 95

Commentaires

Inscrivez-vous à notre newsletter

Chat with us