Khutbah Jum’at: Dampak Bahaya Makan Haram

Hamam

Hamam

Khutbah Jum’at: Dampak Bahaya Makan Haram

“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada perkara yang samar-samar (mutasyabihat, syubhat), kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka barangsiapa menjaga dirinya dari yang samar-samar (syubhat) itu, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya”

Baginda Muhammad S.A.W

Tweet

Muqoddimah:

إِنَّ اْلحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِناَ. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضَلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَا دِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّد وَ عَلىَ اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ فَياَعِبَادَ اللهِ. أُصِيْكُمْ وَإَيّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ قال الله تعالى:

Ma’asyiral Muslimin yang dirahmati Allah

Rasa syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan kita hidup hingga hari ini, Allah mampukan untuk mengikuti serangkaian ibada jum’at dibulan rajab, salah satu bulan yang Allah agungkan. Kehadiran kita di masjid ini pastilah kerena kasih sayangnya dan keberkahan dari-Nya…

Di bulan rajab dan terutama di hari jum’at adalah waktu dimana Rasulullah mendorong umatnya untuk banyak berdoa, karena merupakan waktu yang mustajab.

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

‘Pada hari Jum’at terdapat dua belas jam (pada siang hari), di antara waktu itu ada waktu yang tidak ada seorang hamba muslim pun memohon sesuatu kepada Allah melainkan Dia akan mengabulkan permintaannya. Oleh karena itu, carilah ia di akhir waktu setelah ‘Ashar.’[HR. Abu Dawud]

Mari perbanyak do’a, perbanyak permohonan ampun kepada Allah atas segala salah dan khilaf kita kepada maha Rahman dan maha Rahim.

Rasulullah juga mendorong umatnya untuk bershalawat kepada beliau, beliau bersabda:

أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً

“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.” (HR. Baihaqi)

Kaum muslimin yang diberkahi Allah…

Tetapi ada suatu kondisi tatkalah kita beribadah, kita berdo’a, menghiba memohon kepada-Nya, justru Allah enggan menerima bisikan do’a kita sekalipun kita berada pada waktu yang mustajab dan kondisi yang mustajab.

Sahabat agung Abu Hurairah menceritakan Riwayat yang beliau dengar dari Rasulullah Al Musthofa: Rasulullah bersabda:

اِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ اِلَّا طَيِّبًا, وَاِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ, فَقَالَ تَعَالى : < يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ۖ > وَقَالَ  <يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ > , ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ : أَشْعَثَ أَغْبَرَ, يَمُدُّ يَدَيْهِ الى السَّمَاءِ : يَا رَبِّ يَا رَبِّ, وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالحَرَامِ, فَأَنَّ يُسْتَجَابُ لَهُ؟!

 “Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang beriman dengan apa yang telah diperintahkan-Nya kepada para rasul, Allah Ta’ala berfirman, ‘Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang shalih.’ [Al Mu’minun : 51]. Dan Allah berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.’ [Al Baqarah : 172]. Kemudian beliau menyebutkan seseorang yang melakukan perjalanan panjang; berrambut acak-acakan dan warna kulitnya berubah, ia mengangkat kedua tangannya ke langit (seraya berdoa), ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku!’ Sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan dengan sesuatu yang haram; maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan?!.” HR. Muslim

Orang dalam keadaan safar adalah satu kondisi dia mustajab do’anya, terlebih lagi hamba tersebut menengadahkan tangan-Nya kelangit, bisikan doanya bisikan iba menandakan dia sangat butuh pertolongan Tuhannya.

Rasulullah sendiri pernah mengatakan:

Sesungguhnya Rabb-mu (Allah) Ta’ala adalah maha pemalu lagi maha mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dengan hampa (HR Abu Dawud)

Tetapi do’a musafir itu tak membuat Allah malu, justru Allah ‘Azza wajalla murka, sebab hamba tersebut bergelimang dengan harta benda yang haram. Dia makan dari yang haram, dia minum dari yang haram, bahkan sandang-pakaiannya juga dari yang haram.

Ma’asyiral muslimin demikianlah bahayanya jika kita menkonsumi dan mengenakan sesuatu yang haram.

Makanan haram itu penerapannya luas, bisa jadi kita mencuri uang atau barang milik orang lain lalu kita gunakan untuk makan atau keperluan lainnya, bisa jadi kita korupsi kemudian hasilnya kita gunakan, bisa jadi kita mendapatkannya melalui mengambil hak saudara kita, misal mengklaim hak tanah orang lain untuk menjadi milik kita, hasil perkebunannya atau perdagangannya dari tanah yang kita rebut itu haram, bisa jadi harta riba Atau bisa jadi kita berkerja pada pekerjaan yang tidak halal maka hasilnya pun tidak halal.

Setidaknya ada ada 5 bahaya apabila kita mengkonsumsi makanan yang tidak halal:

  1. Makanan yang haram akan mudah membuat pengkonsumsinya melakukan kemaksiatan.

Sahabat Sahl radhyiallahu ‘anhu mengatakan:

“Siapa saja yang makan makanan yang haram, maka bermaksiatlah anggota tubuhnya, mau tidak mau”

Dalam surat Al Maidah Allah berfirman:

يااَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

 “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, carilah wasilah (jalan untuk mendekatkan diri) kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu beruntung.”

Allah memerintahkan kita untuk mencari wasilah berupa amal ibadah, do’a, makanan yang halal untuk mendekatkan diri kepada-Nya, sementara makanan yang tidak halal sebaliknya akan menjauhkan kita dari Allah ‘Azza wa Jalla.

2. Terhalang do’anya, seperti yang kami sebutkan dalam hadits diawal. Bahkan orang yang dalam kondisi mustajab do’anya, tetapi Allah tidak berkenan menerima munajat do’anya.

3. Sulit menerima Ilmu Allah, Imam Asy syafii pernah mengeluhkan prihal hafalannya yang buyar kepada guru beliau, Imam Waqi’. Lantas imam Waqi’ memberikan nasihat yang oleh Imam Asy Syafi’i abadikan dalam gubahan syair.

شكوت إلى وكيع سوء حفظي * فأرشدني إلى ترك المعاصي

وقال اعلم بأن العلم نور * ونور الله لا يؤتاه عاصي

Aku mengeluhkan buruknya hapalanku kepada Imam Waki‘

Beliau menyarankan kepadaku untuk meninggalkan maksiat

Dan beliau berkata, ketahuilah ilmu ialah cahaya

Sedangkan cahaya Allah tak diberikan kepada ahli maksiat

Imam Asy Syafi’I tidak secara spesifik menyebutkan makanan yang tidak halal, akan tetapi bisa kita pahami makan yang haram pun adalah kemaksiatan.

4. Makanan yang tidak halal jika kita berikan kepada keluarga kita, merupakan salah satu sebab mengapa istri dan anak kita menjadi durhaka kepada Allah, suami dan orang tuanya.

Apa jadinya jika kita memberikan makanan yang tidak halal itu kapada keluarga kita? Bisa jadi masalah-masalah yang timbul dalam keluarga kita karena ini, istri tidak patuh, anak membangkang dan lainnya, Wal ‘iyadzubillah.

5. Terakhir, yang paling dahsyat adalah ancaman yang Allah sampaikan dalam ayat-ayatNya kepada orang yang memakan harta riba, mengambil hak anak yatim kelak di akhirat:

إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوالَ الْيَتامى ظُلْماً إِنَّما يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ ناراً وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيراً

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka), (QS al-Nisa’ [4]: 10).

Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya, (QS Al-Baqarah [2]: 275)

Rasulullah sendiri pernah bersabda:

“Setiap daging dan darah yang tumbuh dari perkara haram, maka neraka lebih utama terhadap keduanya,” (HR Al-Thabrani).

Ma’asyiral muslimin…

Mari kita menjauhi sejauh jauhnya perkara makan yang haram ini, di dunia ini ada begitu banyak pilihan yang halal, semoga kita tidak terjerumus pada hal yang lebih sedikit.

Sahabat Nu’man bin Basyir meriwayatkan bahwa Rasulullah telah bersabda:

إن الحلال بين و الحرام بين , وبينهما مشتبهات قد لا يعلمهن كثير من الناس , فمن اتقى الشبهات فقد استبرأ لدينه وعرضه , ومن وقع في الشبهات فقد وقع في الحرام

“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada perkara yang samar-samar (mutasyabihat, syubhat), kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka barangsiapa menjaga dirinya dari yang samar-samar (syubhat) itu, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya”

Batas halal dan haram itu jelas, yang abu-abu itu adalah syubhat, perkara yang syubhat saja oleh Rasulullah beliau perintahkan kita untuk menjauhi, apalagi yang haram? Dan Rasulullah menegaskan keutamaan seeorang yang meninggalkan syubhat ada 2: 1. Menjaga agamanya 2. Menjaga kehormatannya bagi dia sendiri maupun keluarganya.

Pada suatu hari, Abu Bakar dibawakan makanan oleh pelayannya. Beliau pun menyantapnya. Lantas ditanya oleh si pelayan, “Apakah engkau tahu makanan itu? Beliau menjawab, “Memangnya makanan apa itu? Dijawab oleh si pelayan, “Pada zaman Jahiliah aku biasa meramal untuk seseorang. Aku sendiri tak mumpuni soal ramalan, sehingga aku sering mengelabuinya. Saat itu pun orang itu datang menemuiku dan memberiku makanan itu. Dan makanan itu pula yang engkau makan.” Mendengar demikian, Abu Bakar langsung memasukkan jarinya (ke mulut), dan memuntahkan semua yang sudah masuk ke dalam perutnya (HR Al-Bukhari).

Semoga Allah memberkahi para jama’ah sekalian yang Tangguh berjuang dan bekerja demi menafkahi keluarganya dengan pekerjaan yang halal, semoga Allah limpahkan keberkahan kepada kita semua yang tak Lelah bekerja untuk memberikan keluarganya dengan nafkah yang halal. Semoga Allah berkahi para ayah dan ibu yang bercucur keringat, membanting tulang demi sesuap makanan yang halal untuk anak-anaknya. Ya Allah berkahilah kami, rahmatilah kami, tulislah ma’isyah mata pencaharian halal kami sebagai amal ibadah, sebagai wasilah untuk dekat kepadaMu.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
لْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Inscrivez-vous à notre newsletter

Chat with us